Friday, July 26, 2013

"Ngobrolke Ketoprak"



Coretan saya ini akan menceritakan sedikit apa yang saya ketahui tentang seni drama kolosal jawa yaitu Ketoprak, bermula dari obrolan ringan selepas berbuka puasa di rumah. Sudah menjadi kebiasaan setelah berbuka saya sering mengobrol dengan keluarga, dan pada saat itu tiba-tiba saya tertarik bertanya tentang ketoprak kepada bapak saya yang kebetulan juga seorang pemain ketoprak. Bapak pun menceritakan tentang ketoprak, sebuah kesenian yang pernah beliau geluti bertahun-tahun.
 
Dari obrolan dengan bapak saya jadi sedikit tau tentang ketoprak dan akan saya ceritakan di sini.
Ketoprak merupakan sebuah seni  drama kolosal jawa. Dari beberapa sumber yang saya peroleh mula-mula kesenian ini berasal dari surakarta dan berkembang di daerah-daerah lain di jawa. Ketoprak  masuk di Jogjakarta sekitar tahun 1929 dan bisa di namakan ketoprak karena salah satu jenis musiknya mengeluarkan suara prak..prak..prak yang biasa di sebut keprak. Meskipun kesenian ini berasal dari surakarta tapi perkembangannya justru lebih bagus di kota Jogja. Pada perkembangannya ketoprak juga sering menyelipkan pesan-pesan moral kepada para penikmatnya.  


Di Jogja pada masa kejayaannya antara tahun 1980-1990an pertunjukan ketoprak sangat mudah ditemui. Kesenian ini sering di pakai pada acara-acara peringatan hari besar atau pada hajatan-hajatan baik itu pernikahan, sunatan dll. Bahkan di perayaan Sekaten yang di selenggarakan di alun-alun utara Keraton Jogja panggung hiburannya selalu menampilkan pertunjukan ketoprak selama satu bulan penuh dan penontonnya pun selalu penuh. Grup ketoprak yang tampil pada panggung tersebut jg bergilir dari seluruh kecamatan yang ada di DIY. Hal tersebut menunjukan bahwa pada masa itu banyak keberadaan grup ketoprak di DIY sehingga tidak sulit mencari penampil setiap harinya. Saya juga masih ingat kesenian ketoprak juga sempat menjadi tanyangan yang cukup di gandrungi di televisi yaitu TVRI bahkan penayangannya di buat serial yang panjang dan penayangannya selalu ditunggu tiap minggunya oleh para masyarakat. 


Pada masa kejayaanya muncul juga yang dinamakan ketoprak tobong, ketoprak tobong merupakan pementasan yang di lakukan oleh grup ketoprak keliling. Mereka berpindah tempat dengan membangun panggung di area terbuka dan penonton harus membeli tiket masuk untuk menonton ketoprak tobong. Bapak sendiri bercerita dulu dia sempat menjadi penyelenggara ketoprak tobong di daerah Kulon Progo dan sempat merasakan hasil yang baik dalam perolehan hasil pembelian tiket.

Biyen ki bapak nganake tobong neng kulon progo pitung dino sek nonton kebak, hasile isih apik le jaman semono. Iso ngejak pemain ketoprak kondang-kondang” 




Setelah bercerita panjang lebar tentang kenangan beliau menjadi seorang pemain ketoprak, Bapak akhirnya mengeluh tetang perkembangan dan keadaan ketoprak masa kini. Sebuah masalah yang hampir dihadapi oleh semua seni tradisi yang ada di negara kita. Keberadaan ketoprak saat ini memang sangat memprihatinkan dan semakin sulit di temui pementasan ketoprak adapun pementasan Ketoprak hanya di hadiri oleh segelintir orang. Tergesernya ketoprak dengan kesenian yang lain dan adanya inflasi yang cukup besar dari industri hiburan luar yang masuk ke negara kita. Sekarang orang punya hajat lebih memilih hiburan berupa hiburan musik yang dirasa lebih meriah namun juga lebih murah sehingga mengakibatkan banyak grup-grup ketoprak yang telah gulung tikar. 

“ Jaman saiki wes jarang wong nanggap ketoprak, wes kalah karo electone opo ndangdut sek penyanyine seksi-seksi”



Meredupnya Kesenian ketoprak di dunia hiburan masal tentu sangat memprihatinkan bagi perkembangan seni. Sebuah kesenian lokal yang sangat mengandung nilai-nilai kearifan lokal harus tergeser dengan budaya global bahkan kadang cenderung kebarat-baratan. Ditambah lagi minimnya minat anak muda untuk mengenal dan melestarikan ketoprak membuat kesenian ini semakin tersisih dan hampir dilupakan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk lebih peduli dan melestarikan ketoprak. Tentu kita semua tidak ingin kesenian ketoprak hanya akan menjadi sebuah cerita untuk masa mendatang, semoga langkah dan usaha untuk melestarikan kebudayaan ketoprak terus dilakukan supaya keberadaan kesenian ini terus terjaga dan jangan sampai kesenian kita di-klaim oleh bangsa lain.
Demikian sedikit cerita saya tentang kesenian Ketoprak. semoga kita selalu bisa berbagi informasi dan pengetahuan. Dan semoga kita bisa terus mencintai budaya kita sendiri.
“Matur Nuwun”

No comments:

Post a Comment