Sunday, July 28, 2013

GREGET KAMPUNG YANG SEMAKIN MEREDUP




Sore yang cerah di pinggiran kota jogjakarta saya memulai perjalanan sore itu. Saya berkeliling kampung – kampung di sekitar tempat tinggal saya. Dari situ saya mengamati suasana kampung kampung yang saya lewati. Sembari mengitari kampung-kampung  yang saya lewati saya menjadi teringat suasana kampung disaat saya masih kecil.akan tetapi sepanjang pengamatan suasana sore itu saya mulai heran dengan apa yang saya lihat. Kata kampung yang harusnya lekat dengan kegiatan sosial kini mulai hilang.
 

Dulu sewaktu kecil masih melekat di ingatan kegitan disetiap kampung banyak kegitan-kegiatan  yang diadakan. Terlebih ketika perayaan kemerdekaan Indonesia atau perayaan-perayaan yang lain. Dari lomba anak-anak , pemuda sampai lomba ibu-ibu aktif dilakukan , hal itu selain bisa menjadi sarana berkumpul warga juga bisa menjadi hiburan alternatif untuk masyarakat. Di gapura atau jalan-jalan juga banyak terpasang bendara maupun atribut-atribut yang berbau nasionalis. Pementasan seni juga diadakan sebagai puncak acara kegitan.


Selain pada perayaan kemerdekaan gayengnya kampung juga terlihat ketika bulan ramadhan tiba. Pada bulan ramadhan biasanya di kampung-kampung  sangat aktif menghidupkan suasana di langgar atau masjid. Dari menjelang buka sampai setelah sholat subuh masjid menjadi pusat dari kegiatan warga. Masjid menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah maupun bergaul. Hal yang lebih terasa ketika menghadapi hari raya idul fitri, semua bersemangat menyiapkan takbiran dan menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan perayaan hari raya.



Namun apa yang saya lihat sore itu sudah sangat beda suasana yang saya rasakan dulu mulai terkikis. Anak muda hanya sibuk nongkrong di depan gang di atas motornya. Hanya ada beberapa anak kecil yang bergegas lari menuju masjid itupun tidak banyak. Pengibaran bendera merah putih juga sangat jarang. Suasana yang ada sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam ingatan saya sewaktu saya masih kecil. Lomba anak-anak menjelang hari raya kemerdekaanpun sudah mulai jarang di sini. 


Entah mengapa greget di kampung mulai merudup, apakah karena perkembangan jaman atau memang masyarakat kita sekarang mulai di sibukan dengan urusan masing-masing hingga tidak ada waktu lagi untuk menghidupkan kampungnya. 


gayeng dan gregetnya sebuah kampung apakan hanya akan menjadi kenangan untuk kita dan tidak untuk anak-anak kita kelak? “

No comments:

Post a Comment