Monday, July 29, 2013

PELATIHAN KERONCONG ANAK MUDA




Senin sore saya beranjak berangkat menuju ke XT-square jogja untuk datang dan mengikuti proses workshop dan latihan bersama keroncong yang di peruntukan untuk anak muda.Kegiatan itu dilakukan setiap senin dan kamis di XT-square. Saya kebetulan baru pertama datang ke sana ber sama mas Ari Blothong yang juga sebagai mentor di kegiatan terbut. 



Betapa saya sangat terkejut dan heran, di dalam pikiran saya minat anak muda untuk mempelajari musik keroncong masih kurang. Tapi apa yang saya lihat di sana anak muda sangat antusias mengikuti pelatihan. Mereka sangat memperhatikan apa yang di sampaikan oleh para mentor. Anak muda yang datang juga dari berbagai macam kalangan Bahkan rata-rata mereka tidak mempunyai disiplin ilmu akademis musik. Itu yang menbuat saya sangat heran dan kagum melihat upaya pelestarian keroncong tersebut.



Materi yang diberikan juga bertahap dan mudah di ikuti oleh para peserta. Mereka di beri teknik dasar permainan alat musik keroncong, dari mulai irama engkel, dobel , kotek dll. Para mentor juga sangat sabar dalam memberikan pelatihan. Suasana latihan di buat sangat santai dan akrab antara mentor dan peserta, sehingga suasana menjadi lebih menyenangkan. Dengan cara itu para mentor berharap para peserta tidak tegang dan dapat menyerap materi yang di berikan dengan baik. 


Menurut Ari blothong selaku mentor dalam latihan bersama tersebut merasa sangat bangga. Karena dari sekian banyak anak muda mereka merupakan bagian kecil yang masih mau dan mempunyai perhatian saerta minat terhadap musik keroncong sebagai budaya bangsa. Biarpun mereka belum cukup piawai dalam memainkan alat musik keroncong tapi semangat mereka sudah cukup menjadi modal dalam pelestarian musik keroncong.



Harapan dari para mentor semoga anak muda yang lain juga tertarik dalam pelestarian musik keroncong. Karena ini merupakan sebuah wujud upaya nyata yang di lakukan oleh para pelaku keroncong untuk menularkan ilmu dengan harapan regenerasi musik keroncong bisa terus berjalan.


Harapan saya semoga kegiatan in akan terus berjalan dan semakin banyak anak muda yang terlibat. Sekali lagi saya sangat merasa kagum dang bangga terhadap anak muda yang masih mau dan peduli terhadap keberlangsungan musik keroncong. 


“nek udu awak dewe sek nguri-uri keroncong arep sopo meneh”

Sunday, July 28, 2013

GREGET KAMPUNG YANG SEMAKIN MEREDUP




Sore yang cerah di pinggiran kota jogjakarta saya memulai perjalanan sore itu. Saya berkeliling kampung – kampung di sekitar tempat tinggal saya. Dari situ saya mengamati suasana kampung kampung yang saya lewati. Sembari mengitari kampung-kampung  yang saya lewati saya menjadi teringat suasana kampung disaat saya masih kecil.akan tetapi sepanjang pengamatan suasana sore itu saya mulai heran dengan apa yang saya lihat. Kata kampung yang harusnya lekat dengan kegiatan sosial kini mulai hilang.
 

Dulu sewaktu kecil masih melekat di ingatan kegitan disetiap kampung banyak kegitan-kegiatan  yang diadakan. Terlebih ketika perayaan kemerdekaan Indonesia atau perayaan-perayaan yang lain. Dari lomba anak-anak , pemuda sampai lomba ibu-ibu aktif dilakukan , hal itu selain bisa menjadi sarana berkumpul warga juga bisa menjadi hiburan alternatif untuk masyarakat. Di gapura atau jalan-jalan juga banyak terpasang bendara maupun atribut-atribut yang berbau nasionalis. Pementasan seni juga diadakan sebagai puncak acara kegitan.


Selain pada perayaan kemerdekaan gayengnya kampung juga terlihat ketika bulan ramadhan tiba. Pada bulan ramadhan biasanya di kampung-kampung  sangat aktif menghidupkan suasana di langgar atau masjid. Dari menjelang buka sampai setelah sholat subuh masjid menjadi pusat dari kegiatan warga. Masjid menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah maupun bergaul. Hal yang lebih terasa ketika menghadapi hari raya idul fitri, semua bersemangat menyiapkan takbiran dan menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan perayaan hari raya.



Namun apa yang saya lihat sore itu sudah sangat beda suasana yang saya rasakan dulu mulai terkikis. Anak muda hanya sibuk nongkrong di depan gang di atas motornya. Hanya ada beberapa anak kecil yang bergegas lari menuju masjid itupun tidak banyak. Pengibaran bendera merah putih juga sangat jarang. Suasana yang ada sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam ingatan saya sewaktu saya masih kecil. Lomba anak-anak menjelang hari raya kemerdekaanpun sudah mulai jarang di sini. 


Entah mengapa greget di kampung mulai merudup, apakah karena perkembangan jaman atau memang masyarakat kita sekarang mulai di sibukan dengan urusan masing-masing hingga tidak ada waktu lagi untuk menghidupkan kampungnya. 


gayeng dan gregetnya sebuah kampung apakan hanya akan menjadi kenangan untuk kita dan tidak untuk anak-anak kita kelak? “

Friday, July 26, 2013

"Ngobrolke Ketoprak"



Coretan saya ini akan menceritakan sedikit apa yang saya ketahui tentang seni drama kolosal jawa yaitu Ketoprak, bermula dari obrolan ringan selepas berbuka puasa di rumah. Sudah menjadi kebiasaan setelah berbuka saya sering mengobrol dengan keluarga, dan pada saat itu tiba-tiba saya tertarik bertanya tentang ketoprak kepada bapak saya yang kebetulan juga seorang pemain ketoprak. Bapak pun menceritakan tentang ketoprak, sebuah kesenian yang pernah beliau geluti bertahun-tahun.
 
Dari obrolan dengan bapak saya jadi sedikit tau tentang ketoprak dan akan saya ceritakan di sini.
Ketoprak merupakan sebuah seni  drama kolosal jawa. Dari beberapa sumber yang saya peroleh mula-mula kesenian ini berasal dari surakarta dan berkembang di daerah-daerah lain di jawa. Ketoprak  masuk di Jogjakarta sekitar tahun 1929 dan bisa di namakan ketoprak karena salah satu jenis musiknya mengeluarkan suara prak..prak..prak yang biasa di sebut keprak. Meskipun kesenian ini berasal dari surakarta tapi perkembangannya justru lebih bagus di kota Jogja. Pada perkembangannya ketoprak juga sering menyelipkan pesan-pesan moral kepada para penikmatnya.  


Di Jogja pada masa kejayaannya antara tahun 1980-1990an pertunjukan ketoprak sangat mudah ditemui. Kesenian ini sering di pakai pada acara-acara peringatan hari besar atau pada hajatan-hajatan baik itu pernikahan, sunatan dll. Bahkan di perayaan Sekaten yang di selenggarakan di alun-alun utara Keraton Jogja panggung hiburannya selalu menampilkan pertunjukan ketoprak selama satu bulan penuh dan penontonnya pun selalu penuh. Grup ketoprak yang tampil pada panggung tersebut jg bergilir dari seluruh kecamatan yang ada di DIY. Hal tersebut menunjukan bahwa pada masa itu banyak keberadaan grup ketoprak di DIY sehingga tidak sulit mencari penampil setiap harinya. Saya juga masih ingat kesenian ketoprak juga sempat menjadi tanyangan yang cukup di gandrungi di televisi yaitu TVRI bahkan penayangannya di buat serial yang panjang dan penayangannya selalu ditunggu tiap minggunya oleh para masyarakat. 


Pada masa kejayaanya muncul juga yang dinamakan ketoprak tobong, ketoprak tobong merupakan pementasan yang di lakukan oleh grup ketoprak keliling. Mereka berpindah tempat dengan membangun panggung di area terbuka dan penonton harus membeli tiket masuk untuk menonton ketoprak tobong. Bapak sendiri bercerita dulu dia sempat menjadi penyelenggara ketoprak tobong di daerah Kulon Progo dan sempat merasakan hasil yang baik dalam perolehan hasil pembelian tiket.

Biyen ki bapak nganake tobong neng kulon progo pitung dino sek nonton kebak, hasile isih apik le jaman semono. Iso ngejak pemain ketoprak kondang-kondang” 




Setelah bercerita panjang lebar tentang kenangan beliau menjadi seorang pemain ketoprak, Bapak akhirnya mengeluh tetang perkembangan dan keadaan ketoprak masa kini. Sebuah masalah yang hampir dihadapi oleh semua seni tradisi yang ada di negara kita. Keberadaan ketoprak saat ini memang sangat memprihatinkan dan semakin sulit di temui pementasan ketoprak adapun pementasan Ketoprak hanya di hadiri oleh segelintir orang. Tergesernya ketoprak dengan kesenian yang lain dan adanya inflasi yang cukup besar dari industri hiburan luar yang masuk ke negara kita. Sekarang orang punya hajat lebih memilih hiburan berupa hiburan musik yang dirasa lebih meriah namun juga lebih murah sehingga mengakibatkan banyak grup-grup ketoprak yang telah gulung tikar. 

“ Jaman saiki wes jarang wong nanggap ketoprak, wes kalah karo electone opo ndangdut sek penyanyine seksi-seksi”



Meredupnya Kesenian ketoprak di dunia hiburan masal tentu sangat memprihatinkan bagi perkembangan seni. Sebuah kesenian lokal yang sangat mengandung nilai-nilai kearifan lokal harus tergeser dengan budaya global bahkan kadang cenderung kebarat-baratan. Ditambah lagi minimnya minat anak muda untuk mengenal dan melestarikan ketoprak membuat kesenian ini semakin tersisih dan hampir dilupakan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk lebih peduli dan melestarikan ketoprak. Tentu kita semua tidak ingin kesenian ketoprak hanya akan menjadi sebuah cerita untuk masa mendatang, semoga langkah dan usaha untuk melestarikan kebudayaan ketoprak terus dilakukan supaya keberadaan kesenian ini terus terjaga dan jangan sampai kesenian kita di-klaim oleh bangsa lain.
Demikian sedikit cerita saya tentang kesenian Ketoprak. semoga kita selalu bisa berbagi informasi dan pengetahuan. Dan semoga kita bisa terus mencintai budaya kita sendiri.
“Matur Nuwun”

Wednesday, July 24, 2013

RUMAH KERONCONG

halo temen2...

Kali ini saya masih bercerita tentang keroncong, dan yang akan saya ulas kali ini keberadaan sebuah komunitas pecinta keroncong di jogja yang membuat wadah bagi pelaku maupun para pandemen keroncong di Jogja. Komunitas ini diberi nama "Rumah Keroncong".

Rumah Keroncong, kalau kita lihat dari namanya tentu komunitas ini ingin menjadi tempat bernaung para pelaku dan pecinta musik keroncong dan juga bisa menjadi wadah untuk menyalurkan ide maupun bahasan tentang musik keroncong.Rumah Keroncong sendiri belum lama berdiri baru hampir satu tahun. Tapi kegiatan dan aksi yang buat sudah banyak dan cukup bisa menggairahkan dan meramaikan musik keroncong di Jogjakarta.

Kegitan yang mereka jalankan antara lain , pementasan grup keroncong setiap rabo malam di XT-square (ex. Terminal Umbulharjo) di gedung Basiyo yang di isi oleh grup2 keroncong dari dalam dan luar DIY secara bergilir. Pada setiap rabo malam itu pula menjadi sarana bertemu bagi para musisi dan pecinta keroncong di Jogjakarta. Di sana setiap orang bisa bernuyanyi dan riquest lagu dengan diiringi grup yang tampil pada malam itu. Pementasan setiap rabo malam itu jg terlihat santai, penonton bisa mendengarkan musik keroncong sembari menikmati makanan dan minuman yang bisa di beli di area sekitar panggung.


Sambil menikmati alunan musik keroncong saya sempat mengobrol dengan salah satu pengurus komunitas Rumah Keroncong Mas Heri Kencrung. Beliau sedikit memberi penjelasan tentang Rumah Keroncong dan visi kedepan komunitas tersebut. yang cukup menarik perhatian saya yaitu adanya tekad untuk melakukan regenerasi musik keroncong di kalangan anak muda dengan cara melakukan pelatihan maupun workshop. Beliau juga menpunyai cita-cita yang menurut saya cukup mulia tapi masih terkesan sulit terealisasikan yaitu masuknya keroncong ke dalam kurikulum sekolah di DIY.

Untuk pelatihan musik keroncong sendiri sudah mulai berjalan, dengan harapan yang lebih banyak terlibat yaitu anak-anak muda yang masih mau mempelajari musik keroncong. Rencanca kedepan Rumah Keroncong akan bekerja sama dengan temen-temen dari komunitas Kerontjong Moeda agar visi untuk membangun regenerasi keroncong dapat tercapai.


oke temen-temen itu tadi sedikit mengenai Rumah Keroncong Jogja, bagi temen-temen yang ingin bergabung maupun berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan bisa langsung datang ke XT-square setiap rabo malam.
matur nuwun atas kunjungannya.

"Salam Budaya"




Set Fire To The Rain - Mala - Simphony Keroncong muda



ni lho temen-temen buat yang belum tau asyiknya musik keroncong kalau di garap dan di aransemen dengan gaya anak muda. Gak kalah sama aransemen musik barat dan cenderung lebih ada penyegaran..
" Set Fire To The Rain"
Simphony Kerontjong Moeda #4 | 15 Mei 2013
Voc: Mala
Aransemen : Ari Blothong | @ariblothong

Monday, July 22, 2013

Lgm Mawar Biru - Paksi - Shimphony Kerontjong Moeda #4

Lgm. Terkenang-kenang - Simphony Kerontjong Moeda

SRI GANDOEL "keroncong ayu"

Keroncong, musik yang sudah sering saya bahas di blog saya ini memang masih jenis musik yang banyak di gandrungi orang tua, tapi jangan salah di jogja sudah mulai bermunculan grup keroncong anak muda ditengah terancamnya regenerasi keroncong.
Di jogja sendiri geliat musik keroncong anak muda cukup mempunyai perkembangan yang baik, dari terbentuknya rumah rumah besar "KERONTJONG MOEDA" juga banyak bermunculan grup keroncong asli anak anak muda diantaranya  OK.Bresvia , OK.Sorlem , OK.Dalu Kewengen , OK.congyoung , OK.timbang meneng dan yang unik adalah OK. Sri Gandoel yang anggotanya semua wanita muda.
Di sini saya akan membahas orkes keroncong Sri Gandoel..
Kebetulan baru aja ngobrol sama salah satu personilnya mbak Mehta Sri Gandoel.



AWAL MULA BERDIRI
Ok. Sri Gandoel berdiri pada pertengahan 2009 di kota Jogja, orkes keroncong ini berdiri dari inisiatif srikandi-srikandi keroncong muda jogja untuk lebih melestarikan dan berbuat sesuatu yang real dalam perkembangan dunia keroncong.Itu semua mereka jalankan atas dasar kecintaan dan kepedulian mereka terhadap musik keroncong. Mereka belajar musik keroncong deri beberapa senior keroncong yang masih peduli dengan regenerasi musik keroncong , dan juga melakukan latihan sendiri secara rutin.



GAYA MUSIK KERONCONG SRI GANDOEL
OK. Sri Gandoel merupakan grup keroncong asli yang memainkan lagu lagu keroncong dan juga lagu masa kini yang dimainkan dengan gaya keroncong Sri Gandoel. Musik mereka cukup easy listening sehingga grup ini cepat mencuri perhatian para pecinta keroncong dan masyarakat umum secara luas.



KEGIATAN DAN PRESTASI
Sejak awal berdiri OK. Sri Gandoel sudah aktif dalam acara atau pagelaran musik musik keroncong di Jogja maupun luar Jogja. Mereka juga ikut memeriahkan pagelaran Simphony Kerontjong Moeda #2 pada thn 2011. Seiring berkembangnya grup tersebut mereka semakin aktif dan semakin mempunyai nama di kalangan pecinta musik keroncong. Selain mereka terlihat unik mereka juga menjadi pioner grup keroncong wanita yang semua anggotanya anak muda. Dari itu semua lah banyak pihak yang memperhatikan mereka, sampai mereka diminta untuk menjadi talent di acara Jam Malam Trans7. Dan karena itu mereka menjadi lebih di kenal masyarakat luas tidak hanya di jogjakarta tapi di kota-kota besar lain. Sehingga mereka sering mendapat undangan maen di luar kota seperti seperti Jakarta , Semarang , Solo , Malang dll.



OK.SRI GANDOEL
Genre : Keroncong Modern
Personil : Mehta...........Cak
              Yustina...........Violin
               Ariani............Bass
               Firli...............Vocal
               Dini..............Cello
               Septi.............Cuk
               Nisag.............Flute

CP: 081915539851

Base : Bradan JT I / 506 RT 48 RW 11 YK 552231
                   




SULITNYA REGENERASI KERONCONG

musik keroncong , apa yang terlintas di pikiran anda jika anda mendengar kata itu? mungkin tidak sedikit dari anda yang masih mengidentikan dengan musik orang tua, musik pembuat ngantuk atau jika di kaitkan dengan nama tokoh yang terlintas di pikiran anda tentu saja almarhum Gesang atau penyanyi legendaris wanita Waljinah. yah itulah realita yang ada, sudah tidak bisa dipungkiri kalau musik yang satu ini memamng kurang melekat di kalangan anak muda.
itu yang menjadi ganjalan, kenapa musik keroncong kurang diminati anak muda,
Di jogja musik keroncong masih banyak peminatnya, biar masih di dominasi oleh kalangan orang tua. Masih banyak grup2 keroncong yang tersebar di kota ini, biar satu grup dengan grup yang lain personil banyak yang sama cuma beda juragan sama nama. Itu karena yang bisa memainkan musik ini tidak banyak, apa lagi yang sampai lihai.

Ndilalah saya kenal beberapa musisi keroncong jogja, diantara yang saya kenal yaitu lik Muri. Lik muri merupakan seorang pemain biola dan flute keroncong di Jogja. Dari dia saya banyak mengerti tentang keroncong. Dia menuturkan bahwa di jogja sendiri masih banyak grup keroncong yang masih hidup meskipun tidak sebanyak dulu. Dia juga banyak bercerita tentang dunia keroncong dari jaman dulu sampai sekarang. Setelah kami sering bertemu dan membahas tentang musik ini satu yang menjadi pokok bahasan ialah bagaimana cara membuat regenerasi yang bagus didalam musik keroncong.

Dari situlah saya mulai berfikir dan mencari tau kenapa musik ini sangat sulit melakukan regenerasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sulitnya regenerasi musik keroncong.

1. Musik ini terkesan monoton
    dikatan seperti itu karena musik keroncong merupakan musik yang berirama khas, kurang greget kalau orang jawa bilang dan juga masih agak monoton cara penyajiannya.Musik ini cenderung bertempo andante dan melodi yang di gunakan kurang atraktif biar sebenarnya itu melodi yang sulit di mainkan.

2. Kurang pedulinya tokoh keroncong senior.
      Kepedulian dari senior saya anggap masih kurang, mereka lebih asyik dengan  bermain dengan grup dan mencari eksistensi mereka sendiri daripada melakukan pembinaan terhadap keroncong.Padahal mungkin ada beberapa anak muda yang ingin belajar tapi kurang tahu dia harus nganggsu kaweruh terhadap siapa dan di mana.

3. Kurang adanya suport dari TV
    Lihat acara TV nasional yang menayangkan musik keroncong tidak ada selain TVRI saja. TV nasional yang lain sama sekali tidak ada tayangan keroncong. Mungkin karena musik ini kurang populer dan kurang dinikmati oleh kaum muda. Di TVRI sendiri suguhan musik keroncong di lakukan dalam satu minggu sekali dan yang main itu2 aja, belum bisa optimal menjebatani grup keroncong daerah untuk ikut andil.

4. Tidak sesuai dengan jiwa anak muda
     Jiwa anak muda cendurung meledak-ledak , enerjik, semangat , glamor, keras seksi dll. tentu semua itu hampir tidak identik dengan gaya musik keroncong yang cenderung kalem dan lebih pantas menjadi musik kamar.

5. Minimnya Perhatian Pemerintah.
    Dalam hal ini sangat jelas bagaimana minimnya pemerintah peduli terhadap kebudayaan khususnya musik keroncong.Seorang kepala daerah sekarang justru siap dana untuk mendukung peserta pencarian bakat seperti AFI, KDI atau yang baru ngetren X-factor dari daerahnya. Tapi kepada anak muda yang mempunyai bakat bermain atau menyanyi lagu daerah sangat minim perhatiannya. Pemerintah juga kurang peka jika ada komunitas anak muda yang mulai melestarikan dan mengembangkan sebuah kebudayaan. Harusnya yang seperti itu yang di bantu!

7. Sudah terjebak kata-kata "KUNO"
    yang saya maksud di sini adalah, para anak muda sudah terjebak dengan paradikma kalau keroncong itu musik yang kuno, oleh karena itu mereka enggan untuk mengenalnya. Padahal apabila mereka mau meninggalkan gengsi mereka musik ini sangat asyik dan bisa dibawa kearah musik yang lain.Jika ada yang bilang musik ini mudah itu juga salah, karena musik keroncong merupakan musik yang sulit dan rumit.

Itu tadi sedikit ulasan saya kenapa regenerasi musik keroncong sangat susah dijalankan. semoga kedepan musik keroncong bisa lebih dinikmati oleh seluruh kalangan bukan hanya orang tua. Dan ini harusnya menjadi PR banyak pihak supaya musik keroncong kedepan tidak menjadi barang musium atau sesuatu yang tinggal dikenang.





Friday, July 19, 2013

ANTARA AKU , BRAJAMUSTI DAN PSIM



Apa kabar  teman –teman semua,
Perkenalkan nama  aku Ari Sulistiyanto yang sering dipanggil “Kancil” sama temen2 ku,ak berdomisili di jogja dan aku asli tulen jogja.
Kali ini aku mau berbagi pengalamanku tentang dunia suporter. Semoga pengalaman yang aku bagikan ini dapat mendambah informasi dan wawasan tentang dunia suporter khususnya suporter PSIM jogja yaitu BRAJAMUSTI.





 KENAL DUNIA BOLA

Dari kecil aku sudah senang dengan dunia bola, aku gemar main bola bersama anak-anak yang lain di kampungku.Saking gemarnya aku masuk sebuah sekolah sepak bola di daerah yaitu SSB MAS. Dari kegemaran itu lah aku jadi menngenal club2 bola baik local maupun maupun luar negri. Salah satu club yang aku kenal yauitu club dari kota ku sendiri PSIM Yogyakarta, yang pada saat itu PSIM menjadi satu satunya club terbaik di DIY sebelum adanya club2 lokal lain seperti PSS dan Persiba Bantu.
Sampai pada suatu saat aku diajak  menonton pertandingan sepakbola di setadion oleh bapak ku dan temannya. Kira-kira ak br kelas 3 SD dan yang bertanding antara PSIM dan PUSAM putra Samarinda. Sejak itulah aku mulai suka nonton sepak bola di Stadion baik dengan orang tua maupun berangkat sendiri menggunakan sepeda bersama temanku. Semakin aku sering menonton pertandingan semakin besar pula rasa cintaku terhadap PSIM jogja, dan sejak saat itu pula aku telah menjadi suporter PSIM Yogyakarta.

KISAH AWAL MENJADI SUPORTER

Rasa cinta terhadap PSIM telah menjadikan aku seorang suporter biar saat itu usiaku masih kecil. Aku berangkat dari rumah menggunakan sepeda dan menbawa bendera Biru Putih buatan ku sendiri. Di masa2 itu aku masih bisa masuk setadion dengan gratis dengan cara “gandul” orang yang lebih dewasa. Aku selalu menonton di tribun sebelah timur bergabung dengan suporter PSIM yang lain yang dulu masih bernama PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram). Setelah ak agak lebih dewasa ak sudah tidak bisa masuk geratis lewat pintu penonton, alhasil ak sering manjat pagar stadion agar bisa masuk secara geratis, maklum pada masa itu aku belum mempunyai cukup uang untuk beli tiket hehehe. DI masa itu pula ak masih ingat PSIM terdegradasi ke divisi 1 dengan jumlah penonton yang jauh merosot. Aku jg masih ingat betapa ak ketakutan kalu terjadi kerusuhan di dalam stadion. Terutama yang masih melekat di ingatan ku saat PSIM melawan PELITA solo kala itu, terjadi tawuran antar pendukung yang begitu hebat ditambah hujan yang turun mengguyur kota jogja membuat suasana semakin menakutkan dan  Aku pun pulang ke rumah dengan gemetaran. Sejak PSIM terdegradasi terjadi kelusuan pendukung PSIM jogja setiap ak menonton di stadion hanya ada beberapa laskar saja suasana juga terlihat sepi.




BANGKITNYA SUPORTER JOGJA

Setelah lesu beberapa tahun akhirnya dunia suporter PSIM kembali bergairah dengan terbentuknya wadah bagi pendukung PSIM yang di beri nama “BRAJAMUSTI” singkatan dari Brayat Jogja Mataram Utama Sejati. Dari munculnya brajamusti yang di gagas oleh beberapa orang tokoh suporter inilah pendukung PSIM kebali bergairah dan lebih terkordinir dengan rapi. Mulai banyak kreasi yang yang muncul dalam dalam mendukung PSIM. AkU sendiri ikut serta di dalam brajamusti dengan bergabung di laskar SEROJA lalu berganti nama menjadi BRIGADE NDAS MALING dan TERAKHIR menjadi DALIJO.di masa awal berdirinya Brajamusti inilah atmosfer dunia suporter di kota jogja sangat meriah. Di setiat kampung dan jalan berdiri bendera atau panji2 laskar brajamusti di daerah masing2. Menjadi sebuah kenangan yang membuat rindu masa2 itu, setadion selalu berwarna biru setiap tour atau melawat ke kandang lawan kami jg selalu datang dengan banyak. Hingga PSIM bisa masuk kasta tertinggi divisi Utama liga Indonesia setelah melakoni partai final di stadion SI Jalak Harupat kabupaten Bandung. Tentu juga dengan dukungan penuh Brajamusti yang hadir di Bandung kala itu.
Masa masa itu sungguh masa yang menggembirakan bagi dunia suporter PSIM, sampai pda PSIM kembali degradasi pun kami selalu setia mendukung Club kebanggakan masyarakat jogja ini. Pada perkemmbangannya Brajamusti masih tetap solid dalam mendukung PSIM jogja, banyak kreasi yang di ciptakan, dari menbuat yel2 baru ,gerakan tangan, permainan koreografi dengan kertas balon maupun gian flag

.
BRAJAMUSTI MASA KINI

Setelah bertahun –tahun kami melewati masa kebersamaan yang begitu hebat, akhirnya dunia suporter jogja kembali di buat gejolak setelah pada tahun 2010 timbul dualisme suporter PSIM jogja. Masa itu benar benar menjadi masa sulit bagi Brajamusti. Sejak 2010 pula saya di percaya menjadi pengurus pusat Brajamusti bidang Kreasi seni bersama teman2 saya seperti Unyil, Sumanto, Yudhi, Johan, Cebong , Gufi dll. Saya dari dulu memang bercita-cita bisa memberikan apa yang saya punya untuk Brajamusti. Tetapi di saat saya sudah diberi amanat dan di masa ini pula Brajamusti sedang mengalami goncangan dengan adanya dualisme suporter PSIM. Akan tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi saya dan teman2 yang lain untuk memberikan dukungan yang terbaik untuk PSIM di bawah bimbingan Pak Eko Satrio selaku Presiden Brajamusti. Bagi saya mendukung PSIM dengan hal yang atraktif dan kreatif menjadi tujuan utama. Tekad itu berusaha tetap kami jalankan di tengan keadaan sulit yang ada. Semua menginnginkan PSIM bisa bejaya di kancah sepakbola nasional dan menjadi yang terbaik.  Satu yang pasti Brajamusti lahir karena rasa cinta kepada PSIM bukan untuk yang lain. Semoga kedepan Brajamusti bisa mejadi lebih baik.
“SALAM CERDAS BRAJAMUSTI JOGJA”