musik keroncong , apa yang terlintas di pikiran anda jika anda mendengar kata itu? mungkin tidak sedikit dari anda yang masih mengidentikan dengan musik orang tua, musik pembuat ngantuk atau jika di kaitkan dengan nama tokoh yang terlintas di pikiran anda tentu saja almarhum Gesang atau penyanyi legendaris wanita Waljinah. yah itulah realita yang ada, sudah tidak bisa dipungkiri kalau musik yang satu ini memamng kurang melekat di kalangan anak muda.
itu yang menjadi ganjalan, kenapa musik keroncong kurang diminati anak muda,
Di jogja musik keroncong masih banyak peminatnya, biar masih di dominasi oleh kalangan orang tua. Masih banyak grup2 keroncong yang tersebar di kota ini, biar satu grup dengan grup yang lain personil banyak yang sama cuma beda juragan sama nama. Itu karena yang bisa memainkan musik ini tidak banyak, apa lagi yang sampai lihai.
Ndilalah saya kenal beberapa musisi keroncong jogja, diantara yang saya kenal yaitu lik Muri. Lik muri merupakan seorang pemain biola dan flute keroncong di Jogja. Dari dia saya banyak mengerti tentang keroncong. Dia menuturkan bahwa di jogja sendiri masih banyak grup keroncong yang masih hidup meskipun tidak sebanyak dulu. Dia juga banyak bercerita tentang dunia keroncong dari jaman dulu sampai sekarang. Setelah kami sering bertemu dan membahas tentang musik ini satu yang menjadi pokok bahasan ialah bagaimana cara membuat regenerasi yang bagus didalam musik keroncong.
Dari situlah saya mulai berfikir dan mencari tau kenapa musik ini sangat sulit melakukan regenerasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sulitnya regenerasi musik keroncong.
1. Musik ini terkesan monoton
dikatan seperti itu karena musik keroncong merupakan musik yang berirama khas, kurang greget kalau orang jawa bilang dan juga masih agak monoton cara penyajiannya.Musik ini cenderung bertempo andante dan melodi yang di gunakan kurang atraktif biar sebenarnya itu melodi yang sulit di mainkan.
2. Kurang pedulinya tokoh keroncong senior.
Kepedulian dari senior saya anggap masih kurang, mereka lebih asyik dengan bermain dengan grup dan mencari eksistensi mereka sendiri daripada melakukan pembinaan terhadap keroncong.Padahal mungkin ada beberapa anak muda yang ingin belajar tapi kurang tahu dia harus nganggsu kaweruh terhadap siapa dan di mana.
3. Kurang adanya suport dari TV
Lihat acara TV nasional yang menayangkan musik keroncong tidak ada selain TVRI saja. TV nasional yang lain sama sekali tidak ada tayangan keroncong. Mungkin karena musik ini kurang populer dan kurang dinikmati oleh kaum muda. Di TVRI sendiri suguhan musik keroncong di lakukan dalam satu minggu sekali dan yang main itu2 aja, belum bisa optimal menjebatani grup keroncong daerah untuk ikut andil.
4. Tidak sesuai dengan jiwa anak muda
Jiwa anak muda cendurung meledak-ledak , enerjik, semangat , glamor, keras seksi dll. tentu semua itu hampir tidak identik dengan gaya musik keroncong yang cenderung kalem dan lebih pantas menjadi musik kamar.
5. Minimnya Perhatian Pemerintah.
Dalam hal ini sangat jelas bagaimana minimnya pemerintah peduli terhadap kebudayaan khususnya musik keroncong.Seorang kepala daerah sekarang justru siap dana untuk mendukung peserta pencarian bakat seperti AFI, KDI atau yang baru ngetren X-factor dari daerahnya. Tapi kepada anak muda yang mempunyai bakat bermain atau menyanyi lagu daerah sangat minim perhatiannya. Pemerintah juga kurang peka jika ada komunitas anak muda yang mulai melestarikan dan mengembangkan sebuah kebudayaan. Harusnya yang seperti itu yang di bantu!
7. Sudah terjebak kata-kata "KUNO"
yang saya maksud di sini adalah, para anak muda sudah terjebak dengan paradikma kalau keroncong itu musik yang kuno, oleh karena itu mereka enggan untuk mengenalnya. Padahal apabila mereka mau meninggalkan gengsi mereka musik ini sangat asyik dan bisa dibawa kearah musik yang lain.Jika ada yang bilang musik ini mudah itu juga salah, karena musik keroncong merupakan musik yang sulit dan rumit.
Itu tadi sedikit ulasan saya kenapa regenerasi musik keroncong sangat susah dijalankan. semoga kedepan musik keroncong bisa lebih dinikmati oleh seluruh kalangan bukan hanya orang tua. Dan ini harusnya menjadi PR banyak pihak supaya musik keroncong kedepan tidak menjadi barang musium atau sesuatu yang tinggal dikenang.
No comments:
Post a Comment