Coretan saya ini akan menceritakan sedikit apa yang saya
ketahui tentang seni drama kolosal jawa yaitu Ketoprak, bermula dari obrolan
ringan selepas berbuka puasa di rumah. Sudah menjadi kebiasaan setelah berbuka
saya sering mengobrol dengan keluarga, dan pada saat itu tiba-tiba saya
tertarik bertanya tentang ketoprak kepada bapak saya yang kebetulan juga
seorang pemain ketoprak. Bapak pun menceritakan tentang ketoprak, sebuah
kesenian yang pernah beliau geluti bertahun-tahun.
Dari obrolan dengan bapak saya jadi sedikit tau tentang
ketoprak dan akan saya ceritakan di sini.
Ketoprak merupakan sebuah seni drama kolosal jawa. Dari beberapa sumber yang
saya peroleh mula-mula kesenian ini berasal dari surakarta dan berkembang di daerah-daerah
lain di jawa. Ketoprak masuk di
Jogjakarta sekitar tahun 1929 dan bisa di namakan ketoprak karena salah satu
jenis musiknya mengeluarkan suara prak..prak..prak yang biasa di sebut keprak.
Meskipun kesenian ini berasal dari surakarta tapi perkembangannya justru lebih
bagus di kota Jogja. Pada perkembangannya ketoprak juga sering menyelipkan
pesan-pesan moral kepada para penikmatnya.
Di Jogja pada masa kejayaannya antara tahun 1980-1990an
pertunjukan ketoprak sangat mudah ditemui. Kesenian ini sering di pakai pada
acara-acara peringatan hari besar atau pada hajatan-hajatan baik itu
pernikahan, sunatan dll. Bahkan di perayaan Sekaten yang di selenggarakan di
alun-alun utara Keraton Jogja panggung hiburannya selalu menampilkan
pertunjukan ketoprak selama satu bulan penuh dan penontonnya pun selalu penuh. Grup
ketoprak yang tampil pada panggung tersebut jg bergilir dari seluruh kecamatan
yang ada di DIY. Hal tersebut menunjukan bahwa pada masa itu banyak keberadaan
grup ketoprak di DIY sehingga tidak sulit mencari penampil setiap harinya. Saya
juga masih ingat kesenian ketoprak juga sempat menjadi tanyangan yang cukup di
gandrungi di televisi yaitu TVRI bahkan penayangannya di buat serial yang panjang
dan penayangannya selalu ditunggu tiap minggunya oleh para masyarakat.
Pada masa kejayaanya muncul juga yang dinamakan ketoprak
tobong, ketoprak tobong merupakan pementasan yang di lakukan oleh grup ketoprak
keliling. Mereka berpindah tempat dengan membangun panggung di area terbuka dan
penonton harus membeli tiket masuk untuk menonton ketoprak tobong. Bapak
sendiri bercerita dulu dia sempat menjadi penyelenggara ketoprak tobong di
daerah Kulon Progo dan sempat merasakan hasil yang baik dalam perolehan hasil
pembelian tiket.
“ Biyen ki bapak
nganake tobong neng kulon progo pitung dino sek nonton kebak, hasile isih apik
le jaman semono. Iso ngejak pemain ketoprak kondang-kondang”
Setelah bercerita panjang lebar tentang kenangan beliau
menjadi seorang pemain ketoprak, Bapak akhirnya mengeluh tetang perkembangan
dan keadaan ketoprak masa kini. Sebuah masalah yang hampir dihadapi oleh semua
seni tradisi yang ada di negara kita. Keberadaan ketoprak saat ini memang
sangat memprihatinkan dan semakin sulit di temui pementasan ketoprak adapun
pementasan Ketoprak hanya di hadiri oleh segelintir orang. Tergesernya ketoprak
dengan kesenian yang lain dan adanya inflasi yang cukup besar dari industri
hiburan luar yang masuk ke negara kita. Sekarang orang punya hajat lebih
memilih hiburan berupa hiburan musik yang dirasa lebih meriah namun juga lebih
murah sehingga mengakibatkan banyak grup-grup ketoprak yang telah gulung tikar.
“ Jaman saiki wes
jarang wong nanggap ketoprak, wes kalah karo electone opo ndangdut sek
penyanyine seksi-seksi”
Meredupnya Kesenian ketoprak di dunia hiburan masal tentu
sangat memprihatinkan bagi perkembangan seni. Sebuah kesenian lokal yang sangat
mengandung nilai-nilai kearifan lokal harus tergeser dengan budaya global
bahkan kadang cenderung kebarat-baratan. Ditambah lagi minimnya minat anak muda
untuk mengenal dan melestarikan ketoprak membuat kesenian ini semakin tersisih
dan hampir dilupakan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk lebih
peduli dan melestarikan ketoprak. Tentu kita semua tidak ingin kesenian
ketoprak hanya akan menjadi sebuah cerita untuk masa mendatang, semoga langkah
dan usaha untuk melestarikan kebudayaan ketoprak terus dilakukan supaya
keberadaan kesenian ini terus terjaga dan jangan sampai kesenian kita di-klaim
oleh bangsa lain.
Demikian sedikit cerita saya tentang kesenian Ketoprak. semoga
kita selalu bisa berbagi informasi dan pengetahuan. Dan semoga kita bisa terus
mencintai budaya kita sendiri.
“Matur Nuwun”
No comments:
Post a Comment