Takbiran merupakan perayaan yang sudah membudaya di kalangan
masyarakat Indonesia. Takbiran menjadi wujud rasa syukur umat islam dalam
merayakan sebuah kemenangan dengan menerukan asma ALLAH SWT. Dalam perkembangannya takbiran
di lakukan dengan berbagai cara bahkan sekarang banyak kreatifitas yang muncul
untuk menyemarakan takbiran. Sekarang takbiran sudah menjadi hal yang menarik untuk
di lakukan hal tersebut dipengaruhi karena adanya elemen musik yang di gunakan
untuk mengiringi takbir mulai bermacam-macam, dari mulai alat musik rebana ,
marcing band bahkan ada juga yang menggunakan alat musik techno. Selain musik
banyak juga unsur seni yang lain yang dapat dipergunakan untuk memeriahkan
takbiran diantaranya seni tari, teater bahkan seni rupa yang dapat digunakan
menghias lapion.
Dari salah satu kegiatan takbiran yang ada saya sangat
tertarik dan kagum dengan kegiatan yang di lakukan oleh pemuda-pemudi di
kawasan kampung Prawirotaman. Kampung Prawirotaman sendiri merupakan kawasan
kapung internasional karena di kawasan tersebut menjadi tempat persinggahan
para turis manca negara yang berkunjung di Jogja. Di Prawirotaman banyak
berdiri hotel dan cafe yang menjadi ciri khas sebuah kawasan kampung wisata.
Di sisi lain Prawirotaman
sebagai kampung internasional ada hal yang sangat menarik yaitu kegiatan
takbiran yang menjadi agenda tahunan setiap lebaran Idul Fitri tiba. Setiap
menjalang hari besar agama Islam tersebut greget atau semangat menyemarakan
sangat terasa. Hampir semua warga Prawirotaman terlibat dari anak-anak , pemuda
sampai dengan orang tua. Para pemuda selepas taraweh sudah sibuk melakukan
latihan musik maupun koreografi .
Materi takbiran yang mereka terapkan juga berbeda-beda
setiap tahun, dari mengusung budaya jawa, arab sampai yang terahir mereka
menerapkan kebudayaan tionghoa yang diaplikasikan ke dalam takbiran. Tentu hal
itu sangat menarik, di mana budaya tionghoa yang tidak identik dengan agama
Islam mereka mencoba memadukannya. Dengan apa yang mereka lakukan itu mereka
ingin menunjukan bahkan agama tidak memetak-metakan ras dan budaya. dari mulai
aransemen musik , gerak tari dan atribut yang mereka gunakan semua benuansa
Tionghoa. Corak warna yang meraka pakai juga corak warna khas budaya Tionghoa
yaitu emas dan merah. Pakaian yang di pergunakan semuanya pakaian ala
masyarakat Tionghoa yang tentu dimodifikasi dengan busana muslim.
Dan benar hasil dari perpaduan itu sangat menarik dan luar
biasa. Konsep yang demian menjadi sebuah penyegaran dari takbiran yang biasanya
hanya identik dengan kebuyaan arab. Setiap orang yang melihat tentu merasa heran
dan kagum dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Prawirotaman. Sungguh
menjadi hiburan bagi para penonton di malam itu, banyak sekali orang yang
berusaha mengabadikan takbiran tersebut. Terlebih rute yang dilewati merupakan
pusat keramaian di kota jogja sehingga banyak menyedot perhatian masyarakat.
Semoga kedepan inofasi takbiran seperti apa yang di lakukan
temen-temen Prawirotaman selalu ada dan terus berkembang sehingga takbiran selain
menjadi sarana untuk syiar keagamaan juga bisa menjadi hiburan alternatif bagi
masyarakat secara luas.
No comments:
Post a Comment