Monday, October 21, 2013

DI MANA LAGU ANAK-ANAK MASA KINI?





Duniapanggung  hiburan di negri kita beberapa tahun ini mengalami kemajuan, hampir setiap hari kita disuguhi suguhan musik di TV nasional. Bahkan ada acara yang ditayangkan rutin setiap pagi atau malam hari. Jenis musik yang di suguhkan pun sangat beragam dari berbagai genre musik. Artis atau penyanyi pun banyak yang bermunculan, dari penyanyi solo, band maupun vocal grup atau yang lebih sering disebut girl/boy band.


Tapi yang menjadi keprihatinan saya di tengah menjamurnya hiburan musik di negri ini ada sektor musik yang kondisinya sangat memprihatinkan yaitu sektor musik untuk anak-anak. Musik untuk anak-anak hampir sama sekali tidak ada. Penyanyi cilik pun sudah tidak ada yang menyanyikan lagu yang benar-benar layak dikonsumsi anak-anak. Tentu hal secaman itu sangat tidak baik bagi perkembangan sikologis bagi  anak-anak.


Kita semua tau kalau dunia anak-merupakan dunia bermain dan belajar. Anak-anak juga paling cepat menyerap apa yang di lihat dan didengar. Apa yang dilihat dan didengar anak-anak akan cenderung menirukan. Karena itulah ada beberapa dampak negatif apabila anak-anak melihat atau mendengarkan sesuatu yang seharusnya belum layak untuk dikonsumsi oleh mereka. Hal itu tentu bisa menjadi pertimbangan bagi para pelaku seni musik di Indonesia untuk lebih memperhatikan musik yang layak untuk anak-anak.Tapi fenomena yang terjadi saat ini di mana anak-anak sudah tidak mendapat hak nya untuk mengonsumsi musik yang memang tepat untuk porsi mereka. Anak sekarang lebih mengenal lagu orang dewasa, yang liriknya tentu saja di peruntukan untuk orang dewasa bukan untuk  anak. 


Sekarang sudah tidak ada penyanyi cilik yang memang menyanyikan lagu untuk anak-anak. Dulu kita mengenal beberapa nama seperti Joshua , meisin , Bondan prakoso, Sherina , eno lerian, Dea Ananda dll. Lagu yang mereka bawakan pun lagu yang benar-benar untuk anak-anak. Lirik yang dibuat selain memang pas untuk anak juga bisa sebagai sarana belajar. Sekarang juga jarang acara musik yang di peruntukan khusus untuk untuk anak-anak dan rutin penayangannya. Selain Faktor diatas juga sekarang tidak ada tokoh musik yang benar-benar mendedikasikan karyanya untuk anak-anak seperti Pak Kasur, ibu Sud atau  Papa T Bob. 


Memang ada beberapa penyanyi cilik yang muncul saat ini tapi sayangnya lagu yang mereka bawakan sama sekali tidak mencerminkan lagu untuk anak-anak.  Selain itu penampilan meraka juga jauh dari kesan anak-anak, ada rambutnya yang panjang bahkan ada yang di cat, tentu itu bukan contoh yang baik bagi pengemar mereka yang sebagian besar masih anak-anak.


Saya juga  juga punya pengalaman pribadi, ketika saya mengajar pelajaran musik di Sekolah Dasar. Ketika saya tanya ingin memainkan lagu apa pasti spontan mereka menjawab beberapa judul lagu orang dewasa. Tentu saya sangat tidak setuju dengan yang mereka usulkan sehingga saya memberi alternatif pilihan lagu yang cocok untuk mereka. Dan hal yang paling membuat saya prihatin adalah mereka menganggap kalau lagu anak-anak itu kuno atau kurang gaul bagi mereka. 


Apakah hal yang demikian akan terus dibiarkan? Dan apakah kita semua akan membiarkan adik-adik kita tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan? hal ini menjadi PR bagi para pegiat seni musik di negri ini untuk turut serta mempunyai rasa kepedulian terhadap keberadaan musik anak. Semoga untuk kedepan muncul tokoh-tokoh yang benar-benar mau mendedikasikan karyanya untuk anak-anak. Dan tentu saja ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memberi pengarahan kepada adik-adik kita.

Thursday, October 10, 2013

FESTIVAL KESENIAN KERONCONG DIY






Mungkin ini sudah sekian kali saya bahas Musik tradisi Indonesia ini, karena memang musik keroncong beberapa tahun ini mulai menarik perhatian saya. Biar saya bukan seorang pelaku keroncong namun secara langsung maupun tidak langsung mengikuti perkembangan musik keroncong khususnya di Jogjakarta. 


Perkembangan musik keroncong di Jogja beberapa tahun ini memang mengalami perkembangan yang cukup baik. Sudah mulai banyak pertunjukan keroncong yang di kemas secara apik di kota ini. Penikmatnya pun  sudah mulai melebar , tidak hanya dari kalangan orang tua namun juga anak muda sudah banyak yang menggeluti kesenian ini.


Perkembangan Musik keroncong di Jogja pun sudah mulai mendapat perhatian dari dinas terkait. Itu terbukti dengan apa yang saya lihat tadi, Dinas kebudayaan provinsi DIY telah menggelar Festival Kesenian musik keroncong yang pesertanya diambil dari grup-grup keroncong yang berada di wilayah DIY. Acara yang diselenggarakan di Pendopo kantor dinas Kebudayaan DIY ini diikuti oleh peserta dari seluruh kota maupun kabupaten di wilayah DIY. Sungguh menjadi hal yang sangat menarik bisa melihat peserta yang beragam. Biarpun ini sebuah festival yang memperebutkan gelar juara tp bagi para peserta itu bukan hal utama, mereka cenderung memanfaatkan moment ini untuk menjalin hubungan silaturahmi  antar grup. Karena memang sangat jarang mereka bisa bertemu bersama-sama dalam satu moment. Sehingga suasana yang muncul bukan suasana persaingan antar grup namun sebuah suasana keakraban.



Festival kesenian keroncong sendiri di ikuti oleh duabelas grup perwakilan kota /kabupaten di DIY. Satu kota mengirim 2 sampai 3 grup. Grup yang tampil menbawakan 3 lagu. 2 lagu dengan vocal dan 1 lagu intrumental lagu daerah. Setiap grup berusaha menampilkan penampilan yang menarik, mereka berusaha menarik perhatian penonton dan dewan juri. Aransemen lagu yang dibawakan juga beragam, setiap grup yang tampil mempunyai gaya permainan sendiri. Hal itu yang membuat penonton sangat terhibur melihat Festival keroncong ini.


Yang lebih membuat saya cukup kagum ialah turut sertanya grup-grup keroncong yang personil nya anak muda. Ada sekitar lima grup yang beranggotakan anak muda. Bahkan ada salah satu personil yang masih duduk di bangku sekolah dasar.Tentu hal ini sangat menanrik dan bisa menunjukan bahwa keroncong di Jogja sudah mulai di minati anak muda. Sehingga anggapan anak muda tidak suka dan tidak peduli keroncong mulai bisa ditepis. Biar secara teknik permainan atau olah rasa masih kurang tapi stidaknya mereka sudah berani menunjukan kecintaan mereka terhadap musik keroncong.


Semoga kegiatan ini bisa menjadi langkah maju untuk perkembangan musik keroncong khususnya  di wilayah Jogjakarta. Secara pribadi saya sangat berharap kegiatan semacam ini terus ada dan bahkan bisa lebih berkembang lagi. Harapan yang lain yaitu ada perhatian khusus untuk pembinaan musik keroncong dikalangan anak muda. Sehingga teman-teman generasi muda yang belajar keroncong merasa lebih diperhatikan dan lebih bersemangat dalam melestarikan dan mengembangkan musik keroncong.


“SALAM KERONCONG”